Assalamu'alaikum dan salam sejahtera..........Selamat datang ke blog Mekarharum, Mata Pelajaran Vokasional Landskap dan Nurseri, SMK Telok Kerang, Pontian, Johor..........Indahkan kawasan tempat kediaman kita dengan landskap yang cantik dan menarik

Tuesday, January 29, 2013

NURSERI DI BALI

Semasa merayau di Bali, kami singgah di beberapa nurseri menjual aksesori taman. Di beberapa jaan utama di sekitar Denpasar banyak nurseri-nurseri yang menjual aksesori bagi membina taman Bali.

Peminat taman berkonsepkan Bali berpeluang menikmati keindahan alam semula jadi dengan beberapa elemen penting termasuk gazebo atau wakaf, kolam air dan aksesori taman. Apabila dah berminat dengan taman berkonsep taman Bali, seseorang itu mula  memburu lampu-lampu taman bergaya Bali atau lampu tempel berbahan batu paras Jogja, serta batu-batu koral besar yang berkesan alami, serta ornamen patung dan arca berbentuk haiwan ataupun bunga kemboja, sebagai pelengkap sebuah taman Bali.

Kehadiran pintu kayu berukiran ala Bali dengan tiang kayu yang menyokong teduhan ke gazebo memberikan sudut pandangan berbeza. Hamparan rumput permaidani terpilih dengan reka letak kayu pemijak mengubah visual taman secara total. Reka letak pasu dengan tekstur menarik turut mewarnai segenap penjuru ruang taman selain memberikan kesan pemandangan menarik sepanjang masa. Berbekalkan rimbunan tanaman hijau, deruan kolam air berpancuran dan batu-batuan, pastinya lebih menarik. Kehadiran air berpancuran mencipta unsur bunyi semula jadi dan memberikan ketenangan.


Lampu taman gaya Bali ini biasanya dijual dengan harga Rp 100 ribu/unit, lampu tempel yang terbuat dari batu paras Jogja harganya boleh mencapai Rp 300 ribu/unit, sesuai dengan rekabentuk dan ukurannya. Sementara, ornamen patung dan arca khas taman gaya Bali harganya biasanya di antara Rp 50 ribu - Rp 300 ribu, bergantung rekabentuk dan ukurannya. Pot tanaman yang terbuat dari tanah liat dijual dengan harga Rp 30 ribu, tetapi ada juga yang mencapai Rp 300 ribu. Bangku taman pun sangat beragam jenis dan rekabentuknya. Untuk jenis standard yang dibuat dari besi tempa dan batu alam dengan ukuran 1 meter berharga Rp 200.000, bahkan ada yang seharga sampai RP 1 juta. Biasanya, material bangku taman dipilih dari bahan batu alam karena tahan cuaca, tahan panas matahari dan tahan hujan. Harga batu alam yang dijual bermula pada harga dari Rp 70 ribu - Rp 265 ribu per satuan dengan ukuran yang bervariasi mulai antara 10 x 10 cm persegi sampai 30 x 60 cm persegi.

   







Thursday, January 24, 2013

BUAT CENDAWAN BATU SIMEN FERRO

Buka-buka sekolah tahun ni kitorang cadangkan kat Cikgu Hasan Kasmuri agar beri peluang buat cendawan batu. Biasanya abang-abang kitorang dulu hanya buat bangku batu bentuk batang kayu potong. Jadi tahun ini kitorang buat dua projek sekaligus: bangku batu batang kayu dan cendawan batu. Proses penyediaan dan pembuatan cendawan batu ini lebih mudah jika dibandingkan buat bangku batu batang kayu. Bahan-bahan yang digunakan masih sama iaitu: BRC, dawai mata punai, besi link, dawai, simen, pasir dan air. Kalau cantik kerangka cendawannya, maka cantiklah hasilnya setelah kerangka dilepa dengan mortar.  Lebih cantik apabila diwarnakan dengan warna yang sesuai.


Campuran pasir dan simen bernisbah 2 : 1.

Pasir dan simen digaul sebati.

Pasir, simen dan air digaul rata bernisbah 2 : 1 : 0.5.

Mortar dah siap digaul...

Melepa mortar pada kerangka cendawan.

Lepaan lapisan pertama mortar dibiarkan mengeras...

Apabila mortar hampir keras, buat lepaan lapisan kedua...

Buat kemasan agar cendawan batu kelihatan lebih cantik dan kemas...

Dah siap dah cendawan batu kami. Biarkan ia kering dan keras...

Apabila cendawan batu dah kering, kitorang cat dengan kaler putih. Nak
warna lain boleh...tapi kaler putih lebih menawan...kan...kan...

Haaa...dah siap dah cendawan batu kitorang. Bentuknya berbagai. Kira
orraitlah tu...boleh dijadikan aksesori taman agar taman lebih menarik.


Saturday, January 5, 2013

CANTIKNYA LANDSKAP DI FACTORY OUTLET RUMAH MODE, BANDUNG

Apabila di Bandung, Jawa Barat, Indonesia biasanya kita akan bershopping di Factory Outlet Rumah Mode. Rumah Mode ini tempat membeli-belah yang unik. Bentuk bangunannya itu bukan gedung yang tinggi seperti kebanyakan mall–mall, tetapi ia lebih sederhana dan bereka bentuk sebuah rumah dengan dihiasi taman yang luas, pancuran air yang cantik bagi menambah keaslian tempat shopping ini. Factory Outlet Rumah Mode Bandung berkonsepkan ‘One Stop Shopping’, dalam satu tempat dapat memenuhi berbagai keperluan pengunjungnya. Di Rumah Mode ini selain menjual berbagai pakaian, tas, sepatu dan lainnya yang menjadi subjek utamanya, ia juga menyediakan cafe untuk bersantai sambil membeli-belah.

Kami tak nak cerita mengenai shopping-shopping ini. Tumpuan kami ialah design dan binaan landskap di Rumah Mode ini. Pujian harus diberi kepada tuan punya shopping mall ini kerana dengan adanya landskap di sekitar rumah ini, ia  dapat menarik pengunjung terus melekap di mallnya untuk terus membeli-belah. Penat membeli-belah berehat sekejap di kawasan landskap...kemudian beli-belah lagi...rehat lagi...

Berikut adalah artikel mengenai design keujudan landskap Rumah Mode yang bersumberkan dan diterbitkan oleh Griya Asri...terima kasih Griya Asri...

Pendekatan yang tepat perlu diterapkan untuk membuat desain taman guna melengkapi bangunan komersial. Dalam hal ini selain mengutamakan estetika, faktor kenyamanan juga turut dipertimbangkan.

Yuwono, desainer lanskap melakukan pendekatan tersebut pada saat membuat rancangan bagian luar sebuah outlet produk mode (fashion) di Bandung. Konsep dasar bangunan outlet tersebut berupa bangunan rumah yang dikembangkan menjadi sebuah bangunan komersial. Kesan homey menjadi acuan pengembangan berbagai fasilitas, termasuk pengembangan ruang-ruang luarnya. Kehadiran beragam elemen taman dari beragam etnik seperti patung Bali, patung Asmat, guci dari Cina kuno, bangunan Joglo dari Jawa dengan sentuhan kolonial, merupakan ekspresi keragaman budaya Indonesia yang ingin dihadirkan. Diantara bangunan outlet yang baru dibangun, masih dipertahankan bangunan lama yang berarsitektur tahun 60-an dengan sentuhan Jawa – kolonial yang sedikit demi sedikit dipugar dengan tetap mempertahankan identitas aslinya.

Menciptakan keindahan taman yang dapat membuat betah pengunjungnya, itulah prinsip yang mengawali perancangannya. Karena itu diciptakanlah taman yang indah dan teduh dengan penyediaan ruang gerak yang memadai untuk mobilitas pengunjung. Di beberapa area yang terbuka ditempatkan kursi-kursi taman sebagai tempat beristirahat pengunjung yang ingin menikmati keindahan taman di bawah teduhnya pohon yang rindang di samping dibuat tempat berteduh berupa gazebo beratap.

Pada area yang pembangunannya dilakukan bertahap ini berhasil dibangun delapan buah gazebo yang ukurannya beragam, merupakan bangunan joglo Kudus – Jawa yang asli dan kuno. Joglo kecil untuk tempat berteduh ditempatkan diantara taman, sedangkan bangunan yang paling besar digunakan untuk restoran yang bernuansa Jawa kolonial.

Unsur air hadir dalam beragam visual, memberikan efek yang menyegarkan di samping suara gemericik air memberikan efek psikologis yang menenangkan. Visualisasi bentuk unsur air diperoleh melalui beragam cara, seperti kolam yang menggambarkan adanya gerakan air dan ikan. Pancuran yang dirancang keluar melalui mulut pipa (nozzle) berbentuk bola, merupakan elemen dinamika yang menggambarkan gerakan aliran air. Pola gerakan air dapat juga dimunculkan dengan membuat kolam yang bertingkat sehingga air mengalir mengikuti gaya berat yang menimbulkan suara yang enak di dengar.

Di beberapa area taman diterapkan konsep taman tropis, dengan aneka tanaman tropis yang ditata natural. Namun ada pula “permainan” yang lebih elegan dan klasik dengan menggunakan tanaman bunga warna-warni dalam pot bergaya klasik. Pada area yang kurang mendapat cahaya matahari, dipadukan beberapa jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi tersebut seperti Dieffenbachia dan Aglaonema. Meskipun komposisi tanaman homogen tetapi tetap terasa heterogen karena pola tekstur daunnya yang hijau bergradasi sehingga terlihat tidak membosankan.

Pada ruang-ruang yang menyisakan area yang sempit, diterapkan komposisi tanaman yang pertumbuhannya vertikal, yaitu dengan memanfaatkan dinding yang menjadi bagian dari konsep taman. Sistemnya dengan membuat cerukan dan bak-bak tanaman pada dinding sebagai tempat untuk menaruh tanaman. Agar terasa lebih natural pengisi bak tersebut ditanam jenis yang pertumbuhannya menjuntai dan tidak memiliki perakaran yang merusak struktur dinding. Beberapa ornamen dekoratif berupa patung dewi dan patung angsa memberikan sentuhan seni pada sudut ini. Unsur air di sini juga dihadirkan berupa pancuran bertingkat yang gerakan airnya memanfaatkan struktur dinding.

Kanopi pohon dadap merah dan matoa meneduhi selasar yang memanjang di sepanjang area kendaraan bermotor. Percabangan pohon diatur sedemikian rupa sehingga terbentuk percabangan yang menjulur ke tepi jalan sehingga kanopi daunnya meneduhi sepanjang area tersebut. Pada ranting-ranting pohon yang tinggi digantung armatur lampu-lampu yang berbentuk kerucut dari bahan tembikar. Pendar-pendar cahayanya yang muncul dari lubang-lubang yang mengelilinginya memberikan keindahan di kala senja. Aplikasi pencahayaan lainnya berupa bola-bola rotan yang menyerupai bola sepak takraw dan berukuran besar, yang digantung pada pohon di sekitar area pintu masuk. Bola-bola sebagai armatur lampu ini di beri cat warna-warni yang di kala siang berfungsi sebagai ornamen pohon.

Setiap sudut taman ditata berbeda, untuk memberikan sensasi dan suasana yang berbeda pula sehingga tidak menjemukan. Tanaman tumbuh subur sesuai dengan karakter dan persyaratan tumbuhnya yang saling melengkapi. Konsep seperti ini memberikan kemudahan dalam perawatan berjangka panjang. Meskipun tanaman tumbuh membesar kondisinya masih dalam komposisi yang baik.


















Wednesday, January 2, 2013

LANDSKAP CANTIK DAN NYAMAN DI RESTORAN KAMPUNG DAUN, BANDUNG

Selama 4 hari di Bandung, Indonesia, kami singgah di Resto (restoran) Kampung Daun. Kami tahu mengenai restoran ini daripada rakan-rakan yang pernah ke sana. Selain daripada menunya yang sedap, sebenarnya kami nak lihat sendiri landskap di resto ini yang diceritakan amat cantik sekali.

Kampung Daun Culture Gallery & Cafe 'dimana budaya dan citarasa bertemu' merupakan tempat wisata (pelancongan) kulineri yang selalu di kunjungi para pelancong yang datang ke Bandung sama ada pelancong tempatan atau luar negara. Selain daripada keenakan menu makanan dan masakan Indonesia yang di sajikan, para pengunjung yang datang ke Resto Kampung Daun akan dapat merasakan kelainan pengalaman kerana restoran ini bagaikan rumah sendiri, penuh keramahan dan layanan intimewa dan tentunya nyaman, selesa dan privasi  untuk dijadikan tempat makan.

Restoran yang cukup disebut Kampung Daun saja, merupakan salah satu restoran di Bandung yang menawarkan suasana makan di tengah kehijauan alam. Ia berkonsepkan restoran dalam suasana perkampungan Indonesia yang bersatu dengan alam semula jadi. Lokasinya di sebuah lembah kecil di daerah Bandung. Kampung Daun hadir dengan tujuan memperkenalkan karakteristik dan keunikan wilayah pedesaan kepada pengunjung dalam dan luar negeri. Landskap di kawasan Kampung Daun ditata sealami mungkin, dengan memanfaatkan rimbunnya pepohonan dan aliran air sungai sebagai daya tarik utamanya.

Restoran ini terletak di KM 4,7 Jl. Sersan Bajuri No. 88 Cihideung, Lembang, Bandung. Biasanya pelancong akan memilih restoran ini selepas puas berjalan-jalan dan berekreasi di tempat lain di sekitar Bandung. Ia memiliki keistimewaan tersendiri terutama dalam dekorasi tempat dan cara penyajian makanan. Tempat makan untuk pengunjung berupa saung (gubuk/pondok/gazebo yang beratapkan jerami). Suasana ini sengaja dibuat dan dihadirkan supaaya terlihat suasana perkampungan yang masih asli dan nyaman untuk dijadikan tempat makan.

Kampung Daun selain menghidangkan makanan–makanan tradisional nusantara, ia juga menyediakan makanan luar seperti pizza, steak dan lain sebagainya. Dibuka mulai pukul 11.00 – 23.00 WIB, namun pada hujung minggu sehingga jam 24.00 WIB.

Berlatarkan suasana kampung dan dalam taman yang menghijau, lengkap dengan binaan air terjun, Kampung Daun memberi peluang kepada tetamunya untuk menikmati juadah dalam suasana jauh dari hiruk pikuk kota serta kesesakan di jalanan. Restoran yang dekorasinya sangat bergaya dan sangat open air ini terasa sejuk setiap saat, walaupun di siang hari. Tempat makan untuk pengunjung berupa saung (gubuk/pondok/gazebo yang beratapkan jerami). Saiz saung-saung yang dibina untuk makan mencukupi besarnya, sehingga kita boleh menikmati makanan  sambil bersantai duduk di lantai. Keadaan dan kawasan restorannya dipenuhi pepohonan, tumbuhan dan tanaman hijau yang menyejukan. Selain itu suasana Sundanya juga terlihat dari beberapa hiasan disekitarnya.

Saung–saung yang dibina berbeza saiznya sesuai dengan jumlah orang dan letak saung. Misalnya ada saung yang berkapasiti minima 2 orang sehinggalah yang terbesar mencapai 200 – 300 orang yang disebut Balai Agung (seperti sebuah pendopo). Letaknya saung pun berbeza-beza dan memiliki keunikan tersendiri dari tiap saungnya. Namun tempat yang popular ialah saung-saung yang berhampiran dengan air terjun.

Walaupun restoran ini agak terpencil, namun pengunjung pasti datang lagi ke restoran ini kerana juadah enak yang disediakan seperti itik goreng, itik bakar, sate ayam, sate kambing, gado-gado, sambal belut dan ikan nila goreng. Secara menu, Kampung Daun menyajikan menu-menu yang biasa ditemukan pada restoran tradisional. Yang membuat acara santap terasa istimewa adalah karena pemandangan dan suasana makan yang ditawarkan cukup istimewa. Kita boleh memilih saung-saung bergaya pedesaan yang tersebar di antara pepohonan rendang. Sebahagian saung menawarkan pemandangan langsung ke arah sungai yang mengalir jernih. Pada waktu malam tiba, jamung-jamung akan dinyalakan untuk menerangi jalan setapak yang terbuat dari batu alam. Sangat tradisional dan unik.

Restoran ini bukan sahaja memberikan suasana perkampungan yang tradisional bahkan kelihatannya sangat elegan. Misalnya, setiap saung dilengkapi dengan kentung. Jika kita hendak memanggil waiter, kita cukup memukul kentung. Makanan akan di hantar ke saung-saung dari tempat penyediaannya oleh pelayan. Saung-saung yang dibina diatur dengan jarak yang cukup dan bersesuaian dengan saung lainnya. Ini untuk memastikan kita cukup nyaman untuk bersantai sambil menikmati suasana. Ini membuatkan pengunjung betah berlama-lama dan mungkin enggan untuk kembali pulang.

Tidak hairanlah dengan keunikan yang dimiliki Restoran Kampung Daun, ia mendorong krew program Travelog AirAsia Jakarta-Bandung merakamkan keindahannya buat tatapan peminat program kembara ini.

'Kampung Daun Culture Gallery & Cafe, 'where culture and taste meet' inspired by the wisdom and hospitality which are specialty of Sundanese people who always take a good care of their highly values of art and cultures. The humility of Sundanese people welcomes yo to the place where you can relax and forget all the pressures. Surrounding by the amazing views in a cool highland and sound of the river arround the saung. It can stimulated your peace spirit, all at once enjoying fresh air which free from polution'.

Buat tatapan pengunjung bolg ini, di sini kami titipkan beberapa foto mengenai Resto Kampung Daun itu. Kalau masih tak puas hati, silalah berkunjung ke sana dan nikmati sendiri kelainan pengalaman semasa makan-makan...  
 

Pondok menerima pengunjung.
 
Pintu masuk gaya Sunda ke pondok makan.
 
Lorong menuju ke pondok makan.
 
Di penuhi tumbuh-tumbuhan segar menghijau.
 
Kawasan ini redup dan dingin sepanjang hari.
 
Kombinasi pelbagai pokok menghijau.
 
Pondok makan pilihan kami.
 
Tangga naik ke pondok makan yang lebih tinggi.
 
Boleh pilih pondok yang lebih privasi.
 
Lampu jamung dan lampu tergantung di lorong menuju ke pondok.
 
Pondok makan di celah-celah rimbunan pohon menghijau.
 
Jarak antara pondok yang membuatkan suasana lebih privasi.
 
Batu besar di belakang pondok. Ada aliran sungai yang jernih.

Deruan air mengalir pada batu yang merah.

Tangga naik ke pondok makan yang lebih besar.

Pondok sinki cuci tangan di tepi lorong.

Batu-batu gunung disusun di sepanjang lorong menuju ke pondok makan.

Air terjun membelah kawasan restoran dan mengalir di tepi-tepi pondok.

Air terjun di batu merah mengalir di bawah jambatan kayu.
 
Pokok betul-betul ditanam pada tanah bukan dalam polibeg.

Sinki cuci tangan juga di bawah pondok yang unik.
 
Tilam disediakan dipondok untuk keselesaan lesehan pengunjung.

Pondok mendaftar pengunjung di hadapan Balai Agung.

Jamung di sediakan di sepanjang lorong menuju ke pondok makan.
 
Lorong menuju ke Balai Agung, pondok makan yang paling besar.

Pondok penunjuk arah.
 
Tungku, kuali besar dan kayu api. Hanya buat display sahaja.

Boleh pilih pondok mengikut kehendak pengunjung.

Replika 'Santa Claus' terbang di atas air terjun.
Foto ini di ambil beberapa hari sebelum Hari Krismas 2012 yang lalu.
 
Pancuran air mini dibuat daripada buluh di tepi sebuah pondok makan.

Kami pilih menu ini. Menarik cara menghidangkannya.

Pondok kasir (cashier) tempat buat pembayaran selepas makan-makan.

Pondok tandas. Tandasnya amat bersih.
 
Pedati kereta kuda.

Pokok besar dikekalkan disamping menanam pokok-pokok baru yang lain.

Pondok rehat di kawasan lapang.

Selamat tinggal Resto Kampung Daun...